Partus Normal ( PN ) adalah istilah bagi ibu yang melahirkan bayi melalui vagina. Proses ini akan dijalani ibu hamil ketika janin yang dikandungnya siap untuk dilahirkan.
Proses melahirkan normal umumnya terjadi di antara minggu ke-37 sampai ke-42. Tahapan melahirkan normal dimulai dengan kontraksi otot rahim, diikuti dengan pembukaan leher rahim (serviks) secara bertahap. Setelah itu, otot panggul ibu akan mendorong bayi dan plasenta ke luar melalui vagina.
Proses melahirkan normal dapat mengalami gangguan. Jika gangguan tersebut terjadi, dokter akan melakukan induksi persalinan (percepatan proses persalinan), misalnya dengan merobek kantung ketuban, memberikan obat penguat kontraksi, melakukan persalinan berbantu, atau menjalankan operasi caesar.
Beberapa kondisi yang membutuhkan induksi persalinan adalah:
Dokter kandungan akan memberitahu perkiraan tanggal persalinan, tetapi tanggal ini dapat maju atau mundur sekitar 2 minggu. Oleh sebab itu, penting bagi ibu untuk mengetahui tanda-tanda yang dirasakan ketika janin akan lahir, seperti:
Hal ini terjadi karena mulai turunnya kepala janin ke rongga panggul, sehingga membuat tekanan terhadap paru-paru berkurang
Meningkatnya keinginan untuk buang air kecil dikarenakan janin menekan kandung kemih. Selain buang air kecil, ibu juga dapat menjadi lebih sering buang air besar atau bahkan sering mengalami diare
Keluarnya lendir bercampur darah dari vagina menandakan bahwa leher rahim (serviks) sudah mulai membuka
Nyeri punggung bisa muncul sendiri atau bersamaan dengan kontraksi, dan dapat disertai sensasi kendur pada sendi, terutama di daerah panggul
Kontraksi otot rahim dapat muncul secara berkala tiap 10 menit. Kontraksi ini bisa digambarkan seperti rasa mengencang pada rahim atau seperti kram saat menstruasi dengan intensitas dan frekuensi yang makin meningkat mendekati waktu persalinan
Keluarnya air ketuban terjadi akibat pecahnya selaput pelindung janin. Setelah air ketuban keluar, janin harus dikeluarkan tidak lebih dari 24 jam
Pada beberapa kondisi, detak jantung bayi dan kekuatan kontraksi ibu akan terus dipantau oleh dokter selama proses persalinan. Beberapa kondisi tersebut adalah:
Perlu diketahui, melahirkan normal setelah pada persalinan sebelumnya melalui operasi caesar (VBAC) umumnya aman. Namun, berdasarkan penelitian, 1 dari 200 ibu hamil yang melakukan VBAC berisiko mengalami robek rahim.
Oleh sebab itu, diskusikan terlebih dulu dengan dokter kandungan bila sebelumnya Anda menjalani operasi caesar dan kini ingin melahirkan normal.
Agar proses persalinan lancar, lakukan beberapa hal berikut ini sebelum mendekati waktu persalinan:
Setiap ibu hamil memungkinan untuk menjalani persalinan secara normal. Namun, melahirkan normal tidak disarankan bila terjadi sejumlah kondisi berikut:
Prolaps tali pusat adalah kondisi tali pusat yang menutupi jalan lahir bayi. Akibatnya, tali pusat bisa tertekan, sehingga menyebabkan bayi kekurangan oksigen
Malpresentasi janin atau kelainan posisi janin adalah kondisi ketika bagian tubuh janin yang berhadapan dengan bukaan serviks adalah selain puncak kepala (ubun-ubun). Jenis kelainan posisi janin yang tidak disarankan untuk melahirkan secara normal antara lain:
Kehamilan kembar yang tidak memungkinkan untuk menjalani persalinan normal adalah ketika kedua janin berada dalam posisi sungsang, kembar siam, terdapat dalam satu selaput air ketuban, atau kehamilan kembar yang lebih dari dua janin
Meski pada sebagian besar kasus tergolong aman, melahirkan normal setelah menjalani operasi caesar pada persalinan sebelumnya dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti rahim robek (ruptur uteri)
Sedangkan, pada ibu yang pernah melakukan operasi caesar lebih dari dua kali, memiliki riwayat plasenta previa, atau memiliki bekas luka membujur pada rahim akibat operasi caesar sebelumnya, tidak dibolehkan melahirkan secara normal.
Kondisi ini bisa menjadi pertanda janin mengalami hipoksia atau rendahnya kadar oksigen dalam tubuh. Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan hipoksia pada janin adalah lepasnya plasenta dari rahim sebelum proses persalinan (solusio plasenta) atau janin terlilit tali pusat
Kelainan letak plasenta, termasuk plasenta menutupi jalan lahir (plasenta previa) atau plasenta yang menempel sampai ke dalam otot rahim (plasenta akreta), tidak boleh menjalani persalinan normal
Makrosomia adalah berat badan janin yang melebihi 4–4,5 kg. Kondisi ini berisiko menyebabkan bahu janin terjepit (distosia bahu) jika menjalani proses melahirkan normal
Ibu hamil yang terinfeksi herpes genital tidak disarankan untuk melahirkan normal, guna mengurangi risiko penularan herpes ke bayi.
Tahap sebelum melahirkan normal dalam dunia medis disebut dengan kala 1. Tahap ini dibagi ke dalam 3 fase, yaitu fase awal (laten), fase aktif, dan fase transisi. Penjelasannya sebagai berikut:
Fase laten berlangsung selama 8–12 jam. Fase ini ditandai dengan kontraksi ringan selama 30–45 detik, setiap 5–30 menit. Kontraksi ini kemudian berangsur-angsur menjadi lebih sering dan intensitasnya meningkat. Pada fase laten, serviks akan membuka 3–4 cm secara bertahap.
Dalam fase ini, ibu hamil disarankan untuk tetap tenang dan tidak perlu terburu-buru ke rumah sakit. Ibu masih boleh melakukan aktivitas ringan di rumah, namun dengan tetap menjaga asupan nutrisi yang dibutuhkan serta mencatat kontraksi yang terjadi.
Fase aktif berlangsung selama 3–5 jam, tetapi bisa lebih lama pada ibu yang baru pertama kali hamil. Kontraksi pada fase ini berlangsung selama 45–60 detik, setiap 3–5 menit. Pada fase aktif, serviks membuka sekitar 4–7 cm.
Ibu hamil yang sudah memasuki fase aktif disarankan untuk segera ke rumah sakit. Dokter akan mengukur tekanan darah, denyut nadi, dan suhu tubuh ibu hamil, serta memeriksa detak jantung janin. Dokter juga akan melakukan pemeriksaan panggul, untuk mengetahui sampai sejauh mana proses kontraksi. Bila diperlukan, dokter akan memberikan bius epidural untuk meredakan nyeri akibat kontraksi.
Fase transisi berlangsung sekitar 30 menit sampai 2 jam. Kontraksi pada fase ini terasa kuat dan terus menerus, serta menimbulkan nyeri tidak tertahankan. Pada fase transisi, serviks akan membuka 8–10 cm.
Perlu diketahui, pada fase ini akan muncul desakan untuk mendorong janin agar segera ke luar. Namun, jangan lakukan hal tersebut sebelum diminta oleh dokter. Mendorong janin sebelum serviks terbuka sempurna dapat menyebabkan serviks membengkak dan memperlambat proses persalinan.
Proses melahirkan normal disebut juga dengan kala 2, yaitu ketika leher rahim telah terbuka sempurna sebesar 10 cm. Proses melahirkan kala 2 bisa berlangsung 2 jam atau lebih.
Kontraksi pada tahap ini berlangsung sekitar 60–90 detik dan mereda tiap 2–5 menit. Setiap kali kontraksi muncul, ibu akan merasakan desakan kuat untuk mengejan. Tetapi perlu diingat, mengejan sebaiknya hanya dilakukan ketika diminta oleh dokter.
Normalnya, bayi akan terdorong setiap kali terjadi kontraksi. Namun, jika janin tidak juga turun, dokter akan menyarankan ibu untuk mengubah posisi menjadi jongkok, duduk, atau berlutut. Bila kontraksi kurang kuat, dokter akan memberikan obat untuk menguatkan kontraksi.
Selama proses kontraksi dan mengejan, kepala bayi akan mulai terlihat dari vagina. Pada tahap ini, vagina dan perineum, yaitu area antara vagina dan anus, akan sangat meregang sehingga menimbulkan rasa nyeri seperti terbakar.
Untuk mempercepat proses persalinan dan mencegah perineum robek, dokter akan melakukan episiotomi, yaitu dengan memotong sebagian kecil perineum. Prosedur ini didahului dengan pemberian bius lokal. Dokter akan menjahit kembali perinuem setelah persalinan selesai.
Setelah kepala bayi keluar dengan sempurna, dokter akan mengisap darah, lendir, serta cairan ketuban dari mulut dan hidung bayi dengan alat khusus. Pada tahap ini, ibu disarankan tetap mengejan untuk mengeluarkan seluruh badan bayi.
Begitu seluruh tubuh bayi keluar, dokter akan menyerahkan bayi ke ibu. Selain agar terjalin ikatan yang kuat antara ibu dan bayi, juga agar dilakukan inisiasi menyusui dini. Setelah itu, dokter akan memotong tali pusat bayi.
Setelah bayi dilahirkan, ibu masih harus mengeluarkan ari-ari atau plasenta. Tahap ini disebut dengan kala 3. Pada fase ini, kontraksi masih akan terjadi untuk melepas dan mengeluarkan plasenta dari rahim. Fase ini bisa berlangsung sampai 20 menit.
Setelah seluruh jaringan plasenta telah keluar, dokter kandungan akan memberikan obat oksitosin untuk meminimalisir perdarahan.
Secara keseluruhan, waktu yang diperlukan untuk proses melahirkan normal dari kala 1 sampai kala 3 adalah 12–24 jam. Bagi ibu yang sudah pernah melahirkan normal sebelumnya, waktu yang diperlukan umumnya lebih singkat.
Setelah melahirkan normal, ibu harus menjalani perawatan di rumah sakit selama 1–2 hari. Tujuannya adalah untuk memulihkan kondisi ibu sebelum pulang, serta untuk memantau kondisi ibu dan bayi serta memastikan tidak terjadi masalah setelah melahirkan.
Ibu yang baru melahirkan normal disarankan agar menunggu sampai perdarahan selesai atau sekitar 4–6 minggu, sebelum kembali berhubungan seks. Hal ini untuk memastikan kondisi ibu sudah benar-benar pulih. Sementara, bagi ibu yang mengalami robekan vagina saat persalinan, disarankan untuk menunggu lebih lama.
Berapa kondisi yang mungkin dialami oleh ibu setelah melahirkan normal, yaitu:
Perlu diketahui, kembalinya masa menstruasi bisa berbeda pada tiap ibu. Pada ibu yang memberikan ASI eksklusif, haid mungkin baru akan dialami lagi ketika berhenti menyusui. Sedangkan pada ibu yang tidak melakukan ASI eksklusif, haid bisa terjadi 5–6 minggu setelah melahirkan.
Sebagian besar proses melahirkan normal berlangsung tanpa masalah. Namun, kadang dapat terjadi juga terjadi komplikasi, baik sebelum, sewaktu, maupun setelah proses melahirkan normal. Komplikasi tersebut dapat berupa:
Lahir secara prematur atau lebih cepat dari seharusnya bisa berbahaya bagi bayi, karena fungsi dan pertumbuhan organnya belum sempurna.
Kehamilan postmatur adalah kondisi di mana janin belum juga lahir setelah usia kandungan mencapai 42 minggu atau lebih. Kondisi ini dapat membahayakan janin, karena plasenta sudah tidak mampu lagi memberikan nutrisi yang adekuat kepada janin
Ketuban pecah dini yang tidak diikuti dengan proses persalinan 6–12 jam setelahnya bisa meningkatkan risiko infeksi baik pada ibu maupun janin.
Perdarahan postpartum adalah perdarahan hebat yang terjadi setelah proses persalinan. Hal ini dapat terjadi akibat rahim robek atau kontraksi rahim yang lemah setelah melahirkan
Emboli air ketuban adalah kondisi ketika air ketuban masuk ke pembuluh darah ibu dan menyumbat arteri paru-paru. Komplikasi ini merupakan masalah yang paling berbahaya, baik saat melahirkan normal maupun saat operasi caesar. Kendati demikian, komplikasi ini jarang terjadi bila proses persalinan berjalan lancar
Pada ibu hamil yang mengalami kondisi di atas, dokter dapat melakukan induksi persalinan (percepatan proses melahirkan), persalinan berbantu dengan vakum atau forceps, atau menjalankan operasi caesar.
Selain kondisi-kondisi di atas, ada juga beberapa komplikasi lain yang lebih berbahaya dan membutuhkan penanganan segera, yaitu: